Ecological aesthetics (eco-aesthetics) adalah prinsip yang mengindikasikan gerakan pergeseran dari aesthetics to form menjadi aesthetics to enviroment. Prinsip tersebut didasarkan pada keteraturan alam dan kognitif persepsi manusia. Eco-aesthetics melibatkan beberapa komponen yaitu alam, budaya (masyarakat), dan daya tarik estetika. Pada dasarnya hubungan alam dan manusia harus seimbang sehingga tidak ada pihak yang dirugikan atau diekploitasi. Ecoaesthetics merupakan perpaduan antara prinsip ekologi dan estetika, diantaranya
yaitu:
- Inclusive unity, menunjuk pada integrasi bentuk dan proses kreatif dalam menyeimbangkan
- alam dan pemikiran manusia. Pengalaman estetik meningkatkan kreativitas manusia sehingga mampu berpikir secara terbuka.
- Dynamic balance, mengacu pada keseimbangan kuantitatif antara kekuatan yang berlawanan.
- Manusia yang cenderung mekanistik dan alam yang natural. Keindahan yang statis dan formal dengan keindahan alami.
- Complementary, menyatakan hubungan atau keterkaitan antara estetik seni (buatan) dengan
- bentuk alami. Perbedaan pemikiran, perasaan, ide, image, pikiran, logika dan intuisi yang disatukan (unity) dan seimbang (balance)
Ekologi dan estetika adalah dua prinsip yang tidak dapat dipisahkan dalam penerapannya. Proses alam pada ekosistem berjalan secara seimbang tanpa merusak nilai estetika lanskap (Gobster, 2007). Penurunan kualitas visual biasanya disebabkan karena modifikasi yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Prinsip estetika pada eco-aesthetics terkait dengan proses identifikasi dan pemahaman faktor yang mempengaruhi persepsi keindahan dan memberikan pengalaman yang menyenangkan. Sementara prinsip ekologi, lebih menekankan pada keanekaragaman hayati, kenyamanan, kesehatan, dan nilai jasa lingkungan. Namun menurut Gobster (2007), estetika berperan sebagai pelindung nilai-nilai non komoditas (bersifat produksi) sedangkan pengetahuan ekologi akan membantu menumbuhkan pemahaman intelektual individu. Kombinasi prinsip tersebut dapat menghasilkan suatu kebijakan dan pengetahuan yang diterjemahkan sebagai apresiasi estetika lanskap ekologi yang menguntungkan.
Studi yang dilakukan oleh Simonds (1983). menyatakan bahwa ecara etimologi, kualitas estetika berkaitan dengan persepsi visual dari penampilan objek Estetika berkaitan dengan aspek keindahan, sementara indah adalah sesuatu yang dirasakan individu; dibentuk oleh hubungan harmonis antar elemen yang ditinjau dari segi objek, ruang, dan kegiatan. Lebih lanjut, menurut Daniel dan Boster (1976), estetika merupakan definisi parsial dari karakter yang bergantung pada lingkungan dan merupakan bagian terbesar dari pertimbangan manusia. Sementara, fungsi ekologi memberikan konsep, teori, dan metode baru dalam memahami interaksi yang dinamis dalam ekosistem berdasarkan pola ruang. Oleh karena itu, eco-aesthetics adalah kombinasi antara fungsi estetika dan ekologi dalam pembangunan dan pengembangan lanskap. Keseimbangan kedua fungsi menjadi pertimbangan utama dalam menciptakan suatu keberlanjutan lanskap.
Referensi:
Daniel TC, Boster RS. 1976. Measuring Landscape Aesthetics: The Scenic Beauty Estimation Method. New Jersey: USDA.
Gobster PH. 2007. The share landscape: what does aesthetics have to do with ecology?. Jurnal Landscape Ecology Springer Science [internet]. [diacu 2013 Juni 9]. Tersedia dari: http://edu_publications.pdf
Simonds JO. 1983. Landscape Architecture. New York: Mc Graw Hill Book Company.
Comments
Post a Comment