Suhu
Suhu
merupakan satu faktor yang sangat berperan dalam kehidupan dan pertumbuhan
organisme. Menurut Effendi (2003), secara umum kisaran suhu yang optimal bagi
perkembangan plankton di daerah tropis adalah 20ºC–30ºC. Plankton hidup pada
kisaran suhu yang luas disebut eurythermal, sedangkan yang hidup pada
kisaran suhu yang sempit disebut stenothermal. Parameter suhu
berpengaruh penting dalam indikator perairan meliputi variabel lingkungan
penting untuk organisme akuatik, rentang toleransi serta suhu optimum kultur
berbeda untuk setiap jenis/spesies ikan, sehingga pertumbuhan berbeda, suhu
dapat mempengaruhi aktivitas makan ikan. Meningkatnya suhu di perairan juga
menyebabkan peningkatan aktivitas metabolisme ikan, penurunan gas (oksigen)
terlarut, efek pada proses reproduksi ikan. Kisaran optimal suhu (umum) :
28-32°C konsumsi oksigen mencapai 2.2 mg/g berat tubuh/jam, pada suhu rendah
(<25°C) konsumsi oksigen meningkat 3.2 mg/g berat tubuh/jam. Bagi bivalvia,
suhu merupakan salah satu faktor pengontrol tingkat pertumbuhan. Suhu sangat
besar pengaruhnya pada kehidupan kerang-kerangan terutama yang hidup di daerah
yang mempunyai empat musim, namun di perairan tropis pengaruh suhu tidak begitu
nyata karena fluktuasi suhu tidak besar. Kisaran suhu normal agar jenis
kerang-kerangan dapat hidup di daerah tropis yaitu 20oC – 35oC
dengan fluktuasi tidak lebih dari 5oC (Effendi 2003).
Derajat
Keasaman (pH)
Derajat
keasaman (pH) adalah singkatan dari puissance negatif de H, yaitu
logaritma negatif dari kepekatan ion-ion H yang terlepas dalam suatu larutan
atau cairan. Hal ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap tumbuhan dan
binatang. Derajat keasaman (pH) mempunyai pengaruh yang besar terhadap
kehidupan tumbuhan dan hewan perairan sehingga dapat digunakan sebagai petunjuk
untuk menilai kondisi suatu perairan sebagai lingkungan tempat hidup (Odum
1996). Nilai pH dapat menunjukkan kualitas perairan sebagai lingkungan hidup,
air yang agak basa dapat mendorong proses pembongkaran bahan organik yang ada
dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat diasimilasi oleh tumbuhan dan
fitoplankton. Air (H2O) berasosiasi sempurna –ion H+dan OH- berimbang.
pH air murni sama dengan 7, semakin tinggi konsentrasi ion H+ konsentrasi
ion OH- rendah
pH <7 (pH asam). Berkaitan dengan proses fotosintesis dan respirasi
organisme CO2
+ H2O +H2CO3->H++ HCO3+2H++ CO32-.
Semakin banyak CO2 yang dihasilkan dari respirasi reaksi bergerak ke kanan,
pelepasan ion H+, pH air turun (cenderung asam), Penurunan / penggunaan CO2 dalam
fotosintesis oleh fitoplankton, pH air naik (cenderung basa) pH rendah
menunjukkan keasaman tinggi (Santika, 1984). pH optimal: 7.0 –8.5 Fotosintesis
(siang hari) menggunakan CO2, Respirasi (siang–malam) menghasilkan CO2. CO2 terlarut
tinggi pada malam hari (pH cenderung rendah). Hubungan antara pH air dan
kehidupan hewan (ikan) berikut kriteria pH pada perairan dapat dilihat pada
Tabel di bawah ini.
Tabel Kriteria pH pada perairan
pH
|
Kondisi kultur
|
<4.5
|
Air bersifat toksik
|
5-6.5
|
Pertumbuhan ikan
terhambat, pengaruh pada ketahanan tubuh
|
6.5-9
|
Pertumbuhan optimal
|
>9.0
|
Pertumbuhan ikan
terhambat
|
Sumber:
Effendi (2003)
Oxygen Demand (DO)
Kelarutan
suatu gas pada cairan merupakan karakteristik dari gas tersebut sendiri dan
dipengaruhi oleh tekanan, ketinggian suatu tempat, suhu dan salinitas (Santika
1984). Setiap kenaikan 100 m dpl, tekanan atmosfir menurun 8-9 mmHg, dan
kelarutan gas menurun 1.4 persen. Kelarutan oksigen di medium cair menurun
seiring dengan naiknya suhu dan banyaknya mineral yang terlihat di medium
tersebut.
Total Zat Padat
(Total Solid)
Kandungan
total zat padat dalam air limbah didefinisikan sebaai seluruh bahan yang
tertinggal dari penguapan pada suhu 103° C sampai dengan 105° C, sedangkan zat
padat yang menguap pada suhu tersebut dikelompokkan atas suspended soldi dan
filterable solid. Termasuk dalam suspended solid adalah bila padatan dapat
ditahan dengan diameter minimum 1 mikron.
Total Padatan
Terlarut (Total Dissolved Solids)
Padatan
terlarut (Dissolved solids) ini
terdiri dari berbagai macam material yang terlarut di dalam air, diantaranya
mineral, garam, logam, serta anion. Sedangkan Total Dissolved Solids (TDS) merupakan jumlah dari padatan terlarut
yang terdiri garam anorganik (terutama kalsium, magnesium, potassium, sodium,
klorida, dan sulfat) dan sebagian kecil jumlah organik lain yang larut dalam
air.
Total Padatan
Tersuspensi (Total Suspended Solid)
TSS
merupakan hasil dari penyaringan dari padatan terlarut, yang biasanya merupakan
partikel koloid, yang pengendapannya dilakukan dengan gravitasi. Merupakan jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada
di dalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45
mikron. Total Suspended Solid
atau Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak
terlarut dan tidak dapat langsung mengendap, terdiri dari partikel-partikel
yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen.
Referensi:
Effendi
H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Odum
EP. 1996. Dasar - Dasar Ekologi. Edisi Keempat. Samijan T dan Soegandito
B, Penerjemah. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press. Terjemahan dari Fundamentals
of Technologi.
Santika
SS. 1984. Metoda Penelitian Air. Surabaya (ID): Usaha Nasional.
Comments
Post a Comment