Novel Ghost Fleet

Novel fiksi Ghost Fleet adalah karya dari pengamat politik dan kebijakan ternama asal Amerika Serikat, Peter Warren Singer dan August Cole. Judul asli novel tersebut adalah Ghost Fleet: a Novel of The Next World War. Terbit pertama kali di Amerika Serikat pada 2015 lalu dengan lebih dari 400 halaman. Novel ini menjadi perhatian serius bagi petinggi militer Amerika Serikat. Pensiunan Laksamana James G Stavridis menyebut buku ini sebagai blue print untuk memahami peperangan di masa depan. Stavridis, yang kini menjabat sebagai dekan di fakultas Hubungan Internasional Tufts University, mewajibkan pimpinan militer untuk membaca novel tersebut. Singer menggambarkan situasi perang modern ketika pesawat tanpa awak (drone) mendominasi angkatan udara kedua belah pihak. Perang juga melanda sistem informasi tingkat tinggi, dan cakupannya bukan hanya peretasan situs internet, melainkan satelit yang memantau bagian permukaan bumi. Singer juga menceritakan China yang mengalami kemajuan p...

Budaya Organisasi dan Pengambilan Keputusan Strategis

Studi yang dilakukan oleh Schein, (1990) memberikan definisi dari budaya sebagai "(a) pola asumsi dasar, (b) didesain, ditemukan, atau dikembangkan oleh kelompok tertentu, (c) belajar dalam mengatasi masalah dari adaptasi eksternal dan integrasi internal, (d) telah bekerja cukup baik yang dianggap valid dan, oleh karena itu (e) harus diajarkan kepada anggota baru sebagai suatu cara (f) yang benar untuk melihat, berpikir, dan merasakan sehubungan dengan masalah tersebut.”
Budaya organisasi adalah hal yang sangat kompleks dan masih sering terjadi perdebatan mengenai definisi budaya organisasi (Corley, 2004). Lebih lanjut, kultur organisasi merupakan suatu konsep yang populer namun sulit dipahami (Silvester et al., 1999). Selain itu, budaya organisasi - tingkat asumsi dan kepercayaan dasar yang lebih dalam yang dimiliki oleh anggota organisasi, yang beroperasi secara tidak sadar dan didefinisikan dengan cara yang "dianggap biasa" sebagai pandangan organisasi dari dirinya sendiri dan lingkungannya (Schein, 2010). Pentingnya budaya organisasi di proses pengambilan keputusan menjadi hal yang sangat penting dan dapat sangat mempengaruhi pandangan pembuat keputusan.
Dalam sebuah konseptualisasi yang rumit, Hofstede (1980), dengan mempertimbangkan sebuah organisasi dan kinerjanya, menemukan budaya organisasi dapat terdiri empat elemen antara lain, sikap, perilaku, kepercayaan dan nilai. Sementara itu, Sackmann (1992) memandang budaya organisasi sebagai serangkaian ideologi bersama, kepercayaan, asumsi dasar, nilai inti, dan pemahaman yang mapan. Dalam studi berikutnya, para peneliti memberikan istilah dengan lebih luas, misalnya David et al., (2000), dalam definisi budaya organisasi, memberikan tambahan dua istilah antara lain, praktik dan norma. Sedangkan studi yang dilakukan oleh Twati dan Gammack, (2006) menggunakan istilah-istilah dalam definisi budaya organisasi seperti pengembangan secara sosial, keputusan secara tradisional dan holistik.
Perkembangan budaya organisasi akan bergantung pada berbagai faktor yang dapat bersifat internal, eksternal atau keduanya. Faktor umum yang sering terjadi antara lain (i) - karakteristik pribadi dan profesional orang dalam organisasi, (ii) etika organisasi, (iii) sifat hubungan kerja antara perusahaan dan karyawannya, dan (iv) disain struktur organisasinya. (George dan Jones, 2008). Lebih lanjut, terdapat aspek lain dalam proses pengambilan keputusan strategis sebagai budaya organisasi nasional. Penelitian yang dilakukan oleh Dimitratos dkk. (2011) melakukan survei berskala besar terhadap 528 organisasi kecil dan menengah di Amerika Serikat, Inggris, Yunani dan Siprus. Mereka menemukan bahwa karakteristik budaya sangat mempengaruhi proses pengambilan keputusan.

Berdasarkan teori terdapat dua hal. Pertama, budaya organisasi mempengaruhi proses pengambilan keputusan strategis. Kedua, pengaruh ini diberikan melalui pengambil keputusan, yang memungkinkan budaya organisasi membentuk pemikiran dan keputusan mereka. Dalam penelitian tersebut, pandangan budaya organisasi yang diusulkan oleh Hofstede (1980) diikuti, karena penekanannya pada mempertimbangkan sebuah organisasi dalam hal tujuan kerjanya dan organisasi. Pengaruh budaya lokal terhadap organisasi juga mempengaruhi proses pengambilan keputusan (Dimitratos et al., 2011). Proses manajemen berada di antara kekuatan bisnis global dan kekuatan budaya dan politik lokal (Branine, 2011). Ketika pembuat keputusan mengetahui lebih banyak tentang budaya organisasi dan budaya nasional (termasuk perilaku dan praktik etis dan non-etika), keefektifan keputusan tersebut mungkin lebih kuat dan mungkin memiliki dampak positif pada aktifitas yang dilakukan.

Comments

Popular posts from this blog

Metode Interpretive Structural Modeling

Cara mengatasi munculnya belatung pada proses pembuatan kompos