Novel Ghost Fleet

Novel fiksi Ghost Fleet adalah karya dari pengamat politik dan kebijakan ternama asal Amerika Serikat, Peter Warren Singer dan August Cole. Judul asli novel tersebut adalah Ghost Fleet: a Novel of The Next World War. Terbit pertama kali di Amerika Serikat pada 2015 lalu dengan lebih dari 400 halaman. Novel ini menjadi perhatian serius bagi petinggi militer Amerika Serikat. Pensiunan Laksamana James G Stavridis menyebut buku ini sebagai blue print untuk memahami peperangan di masa depan. Stavridis, yang kini menjabat sebagai dekan di fakultas Hubungan Internasional Tufts University, mewajibkan pimpinan militer untuk membaca novel tersebut. Singer menggambarkan situasi perang modern ketika pesawat tanpa awak (drone) mendominasi angkatan udara kedua belah pihak. Perang juga melanda sistem informasi tingkat tinggi, dan cakupannya bukan hanya peretasan situs internet, melainkan satelit yang memantau bagian permukaan bumi. Singer juga menceritakan China yang mengalami kemajuan p...

Prinsip dan hambatan dalam produksi bersih

Metode produksi bersih adalah suatu pendekatan yang mengarah pada peningkatan efisiensi proses produksi, aplikasi dari teknik-teknik daur ulang dan pakai ulang, kemungkinan subtitusi bahan baku dengan lebih ekonomis dan tidak berbahaya serta perbaikan atau peningkatan sistem operasi dan prosedur kerja (USAID, 1997). Aplikasi Produksi Bersih dapat dilakukan pada berbagai tingkatan mulai dari skala mikro dengan sudut pandang atom, skala makro dengan cakupan pada kegiatan sektor industri baik industri manufaktur, proses maupun jasa dan skala makro yang berhubungan dengan kegiatan jejaring indutri (Van Berkel 2001). Tindakan Produksi Bersih dapat meliputi modifikasi produk (product modification), penggantian bahan baku (input substitution), modifikasi teknologi (technology modification), tata kelola yang baik (good housekeeping), dan daur ulang didalam industry (on site recycling) (Van Berkel, 2001).
Tindakan produksi bersih meliputi perubahan produk (product change) dan perubahan proses (process change) yang mencakup perubahan bahan masuk (input material change), perubahan teknologi (technology change) dan perbaikan praktek-praktek operasi (improved operating practice) (Bioshop, 2000). Sementara itu tindakan produksi bersih menurut Freeman (1995), Van Berkel (2001), dan Purwanto (2003) yaitu terdiri atas tata kelola yang baik, penggantian bahan baku, perbaikan proses dan teknologi, penggantian teknologi, serta penyesuaian spesifikasi. Tata kelola yang baik terdiri dari perbaikan penanganan bahan, pencegahan kebocoran, perbaikan jadwal produksi, perbaikan prosedur kerja, pengendalian penyediaan bahan, pelatihan, segregasi aliran, segregasi limbah. Penggantian bahan baku meliputi penggantian dengan bahan yang tidak atau kurang berbahya dan beracun, penggunaan material yang lebih murni, bahan baku yang ramah lingkungan. Kegiatan tindakan perbaikan proses dan teknologi terdiri dari perubahan tata letak, otomatisasi, perbaikan kondisi operasi, pegendalian proses yang baik, perbaikan proses dan modifikasi peralatan. Tindakan penggantian teknologi merupakan kegiatan nengganti dengan teknologi yang baru yang dapat mengurangi pemakaian bahan dan energi dan menurunkan timbulan limbah. Penyesuaian spesifikasi produk merupakan tindakan dengan kegiatan merancang produk yang mempunyai dampak negatif lingkungan lebih rendah dengan menggunakan bahan yang kurang berbahaya dan minumbulkan sedikit limbah, memperpanjang umur produk, dan desain produk moduler (Freeman 1995; Van Berkel 2001; Purwanto 2003). Selain itu, Produksi bersih dapat menghasilkan keuntungan berupa pengurangan produksi hasil samping (non-product output) atau limbah, optimasi penggunaan sumberdaya dan peningkatan efisiensi produksi (Suprihatin et al, 2004).
Aplikasi produksi bersih yang disebut dengan on the pipe di industri lebih diutamakan pada usaha pencegahan terbentuknya limbah. Limbah yang dihasilkan oleh industri merupakan indikator adanya inefisiensi. Upaya produksi bersih adalah pengurangan pada sumber limbah, pengurangan terjadinya limbah dan pemanfaatan limbah melalui daur ulang baik on-site atau off-site (Indriyati, 2000).
Terdapat beberapa prinsip pokok dalam strategi produksi bersih (Pramono, 1999):
  •    Mengurangi atau meminimumkan penggunaan bahan baku, air dan energy serta menghindari penggunaan bahan baku beracun dan berbahaya. Pengolahan bahan baku yang baik dan perbaikan good house keeping agar tidak menambah beban pencemaran. Jika diterapkan dapat menekan biaya pengolahan limbah yang berarti mengurangi biaya produksi.   
  •   Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi baik terhadap proses ataupun produk yang dihasilkan. Analisis daur hidup produk (product life cycle analysis) harus dipahami dengan baik.
  •      Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa adanya perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak.

Beberapa hambatan yang dihadapi dalam penerapan produksi bersih di industry (Indriyati, 2000):
  •  Hambatan kultural, merupakan hambatan pertama yang dapat muncul dalam mengimplementasikan program produksi bersih. Keengganan untuk berubah dan konflik internal antara bagian-bagian dalam industri yang bersangkutan dapat menjadi penghambat. Hambatan kultural dapat timbul karena kurang komitmennya manajemen puncak, kurang peduli terhadap tujuan target perusahaan, adanya individu atau bagian yang enggan untuk berubah, lemahnya komunikasi internal, pembatasan karyawan dalam kerja, struktur organisasi yang tidak fleksibel, birokrasi dan sebagainya. Namun dengan mengetahui faktor-faktor penyebab hambatan tersebut, hambatan ini dapat diatasi dengan melaksanakan program pendidikan, pelatihan dan perbaikan manajemen. 
  •   Hambatan finansial dan teknis, timbulnya biaya yang akan dikeluarkan perusahaan untuk program produksi bersih ini merupakan beban tambahan bagi industri. Industri biasanya enggan untuk mengeluarkan biaya untuk membiayai program produksi bersih. Hambatan teknis yaitu keterbatasan informasi teknik dalam suatu industri. Hambatan ini terjadi akibat ketidakpedulian karyawan terhadap perkembangan dan dinamisasi informasi yang berlangsung baik internal maupun eksternal perusahaan. Hambatan teknik dapat diatasi apabila karyawan lebih meningkatkan kepeduliannya terhadap sumber-sumber informasi. Sumber informasi dapat diperoleh dari dalam perusahaan, pengalaman, lembaga pemerintah, asosiasi, institusi profesional, konsultan dan literatur.


Secara umum produksi bersih dapat dilakukan dengan dua metode atau teknik. Teknik pertama adalah pengurangan limbah pada sumbernya (source reduction) dan teknik yang kedua adalah daur ulang (recycle). Source reduction dapat dilakukan melalui pengubahan produk, perubahan material input, pengubahan teknologi atau tata cara operasi yang baik (Indriyati, 2000). Daur ulang limbah adalah teknik pengelolaan limbah hasil proses industri dengan memanfaatkan kembali limbah. Cara yang dapat digunakan adalah limbah dikembalikan lagi ke proses semula sebagai bahan baku pengganti untuk proses industri lain, recovery bagian yang bermanfaat dari limbah atau diolah menjadi produk samping (Indriyati, 2000).


Referensi:
Bishop PL. 2001. Pollution Prevention: Fundamentals and Practice. Boston (US): McGraw-Hill

Freeman HM. 1995. Industrial Pollution. Prevention Handbook. New York (US): McGraw-Hill.

Indriyati. 2000. Strategi Penerapan Program Produksi Bersih dan Manfaatnya bagi Industri. Laporan Teknis Intern. Direktorat Teknologi Lingkungan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta.

Pramono, E. P. 1999. Produksi Bersih dalam Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 1(4): 1-8

Purwanto. 2003. Implementation of Cleaner Production in the Electroplating Industries. Nasional Seminar on Cleaner Production in the Industry Face to Global Era, Institut Sains dan Teknologi Akprind, Yogyakarta, 25 Agustus.

Suprihatin, M.Romli dan A.Ismayana. 2004. Penerapan Membran Filtrasi dari Selulosa Asetat dan Chitosan Untuk Produksi Bersih pada Industri Pulp dan Kertas. J. Tek. Ind. Pert. Vol. 13(3) : 75-82.

[USAID]. United State Agency for International Development. 1997. Panduan Pengintegrasian Produksi Bersih ke dalam Penyusunan Program Kegiatan Pembangunan Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Jakarta (ID): USAID.


Van Berkel R. 2001. Cleaner Production for Achieving Eco-efficiency in Australian Industry. Perth (AU): Curtin University of Technology. [diunduh 2015 Maret 13] Tersedia pada: http://cleanerproduction.curtin.edu.au.

Comments

Popular posts from this blog

Metode Interpretive Structural Modeling

Cara mengatasi munculnya belatung pada proses pembuatan kompos