Penurunan
kualitas air berpotensi menurunkan daya guna, hasil guna, produktivitas, daya
dukung, daya tampung, dari sumber daya air yang pada akhirnya akan menurunkan
kekayaan sumber daya alam. Pencemaran sungai oleh limbah industri dan limbah domestik
serta aktifitas manusia lainnya, berlangsung akibat munculnya bahan polutan dalam
air yang kemudian mengakibatkan efek pencemaran pada ekosistem sungai. Dengan adanya
pencemaran sungai maka keseimbangan sistem sungai akan bergeser ke arah keseimbangan
baru sehingga akan menimbulkan adanya perbedaan fungsional di banding dengan keadaan
semula (Soerianegara 1977). Sungai yang tercemar oleh air limbah akan
menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam sungai tersebut. Hal ini
akan menyebabkan kehidupan organisme air yang membutuhkan oksigen terganggu dan
mengurangi perkembangannya. Selain disebabkan kekurangan oksigen, kematian
kehidupan didalam air dapat juga disebabkan oleh adanya zat beracun. Bahan
pencemar yang menimbulkan ancaman terbesar pada lingkungan akuatik adalah air
kotor, nutrient berlebih, senyawa organik, sampah, plastik, logam, hidrokarbon,
dan hidrokarbon polisiklik aromatik (PAH). Penguraian limbah di perlukan
oksigen sehingga selama proses penguraian limbah oksigen terlarut dalam
perairan menurun dengan tingkat penurunan berbanding lurus dengan jumlah limbah
yang di urai. Studi yang dilakukan oleh Ginting (2007) menjelaskan bahwa limbah
organik sebagian besar ada di lapisan bawah badan air, karenanya dampak
penguraian yang berupa penurunan oksigen terlarut dan timbulnya gas-gas beracun
terjadi di lapisan bawah badan air dan mengakibatkan jatah oksigen bagi biota
air berkurang jumlahnya.
Kandungan bahan
yang butuh oksigen cukup tinggi, maka oksigen terlarut yang tersedia untuk
kehidupan akuatik menurun yang mengakibatkan organisme akuatik mengalami
tekanan atau kematian. Penurunan oksigen dapat menyebabkan masalah kualitas air
pada badan air. Penurunan kadar oksigen dalam air sering mengakibatkan
peristiwa ikan mati masal akibat kekurangan oksigen. Pembuangan limbah organik
yang terus-menerus kedalam suatu badan air akan memicu pertumbuhan fitoplankton
yang berlebihan sehingga menyebabkan air yang berwarna hijau, peristiwa ini
disebut blooming sehingga kurang menguntungkan bagi organisme lain, hal
ini disebabkan karena pada malam hari fitoplankton memerlukan oksigen untuk
respirasi bagi yang hidup dan dekomposisi bagi yang mati.
Kondisi
lingkungan dapat mempengaruhi kehidupan organisme, misalnya suhu, pH, BOD,
unsure-unsur kimia yang terdapat diperairan (Ginting 2007). Perairan yang banyak
mengandung bahan organik tinggi mempunyai BOD tinggi. Dengan adanya tingkat konsentrasi
BOD yang tinggi menyebabkan kandungan oksigen terlarut didalam air menjadi
rendah, akibatnya oksigen sebagai sumber kehidupan bagi biota air (hewan dan
tumbuhan) tidak dapat terpenuhi sehingga biota air tersebut menjadi mati
(Effendi 2003). Konsentrasi BOD yang tinggi juga menunjukkan jumlah
mikroorganisme pathogen juga banyak. Mikroorganisme pathogen dapat menimbulkan
berbagai macam penyakit pada manusia. Limbah organik yang mengandung padatan
terlarut yang tinggi dapat menimbulkan kekeruhan dan mengurangi penetrasi
cahaya matahari bagi biota untuk fotosintesis. Kualitas air juga berpengaruh
terhadap kesehatan, mengingat sifat air yang mudah sekali terkontaminasi oleh
berbagai mikroorganisme dan mudah sekali melarutkan berbagai material. Kondisi
sifat air tersebut menyebabkan air mudah sekali berfungsi sebagai media
penyalur atau penyebar penyakit. Menurut Wardhana (2001) air membawa penyakit
menular meliputi (1) air sebagai media hidup mikroba pathogen, (2) air sebagai
insekta penyebar penyakit, (3) jumlah air bersih yang tersedia tidak cukup,
sehingga manusia tidak bisa membersihkan dirinya, (4) air sebagai media untuk
hidup vektor penyebar penyakit.
Logam
bersifat toksik karena tidak bisa dihancurkan oleh organisme hidup yang ada di
lingkungan sehingga logam-logam tersebut terakumulasi ke lingkungan, terutama
mengendap di dasar perairan dan membentuk senyawa kompleks bersama bahan
organik dan anorganik. Keberadaan logam berat dalam air akan membahayakan orang
yang mengkonsumsinya (Wardhana 2001). kadmium walaupun dalam dosis kecil bisa
menimbulkan keracunan. Akumulasi cadmium dalam jaringan tubuh akan mengganggu
fungsi ginjal, hati, sistem reproduksi, gangguan pada otaksehingga dapat
mengakibatkan gangguan kecerdasan mental. Dalam badan perairan, kelarutan Cd
dalam konsentrasi tertentu dapat membunuh biota perairan. Menurut badan dunia
FAO/WHO konsumsmi per minggu yang ditoleransikan bagi manusia adalah 400-500μg
per orang atau 7μg per kg berat badan. Daya racun yang di miliki akan
menghalangi kerja enzim, sehingga proses metabolism tubuh terputus. Studi yang dilakukan oleh Suwari (2010) menjelaskan bahwa hal serupa
juga terjadi apabila suatu lingkungan terutama perairan telah terkontaminasi
logam berat, maka proses pembersihannya akan sulit sekali di lakukan.
Daftar
pustaka:
Effendi
H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Ginting
P. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. 221 hal.
Bandung (ID): Kanisius.
Soerianegara
I. 1977. Pengelolaan Sumber Daya Alam (Cetakan Pertama). Jurusan Pengelolaan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 235
hal.
Suwari.
2010. Model pengendalian pencemaran air pada wilayah kali Surabaya [disertasi].
Bogor: Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor.
Wardhana
WA. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta (ID): Andi
Yogyakarta. 459 hal.
Comments
Post a Comment